Senin, 14 November 2011

SEJARAH REVOLUSI ISLAM-IRAN (3)


Penggeledahan di Universitas Teheran
       Pada tahun 1341 (1962 M), saat pergerakan mahasiswa mencapai puncaknya, tentara menyerang Universitas sambil bersorak, “Hidup Shah !” dan secara kejam memukul para mahasiswa serta professor dengan tongkat polisi dan menumpu senapan.
          Ketika mendengar berita tersebut, masyarakat marah dan tumpah ke jalan-jalan. Hukum darurat yang di umumkan di Teheran atas perintah Shah Muhammad Reza. Demonstrasi menyebar ke kota-kota besar lainnya. Pada bulan puasa (Ramadhan), pada suatu pidato penting, Ayatullah Khomeini menyeru kepada masyarakat untuk melawan kekejaman pemerintah. Ia dengan jelas berkata:
Jangan takut pada senjata berkarat dan bayonet busuk itu. Mereka akan segera kalah. Pemerintah tidak bisa melawan kehendak rakyat hanya dengan gempuran bayonet, dan cepat atau lambat mereka akan menyerah…

Tragedi Berdarah di sekolah Teologi
Pada bulan Maret 1963, tentara khusus Shah meluncurkan suatu serangan bersenjata atas “Feizieh” (Sekolah Teologi) di Qom, Iran. Para pelajar menahan serangan itu. Semboyan “Khomeini atau Mati” mengetarkan tempat tersebut. Tentara menghancurkan pintu gerbang sekolah. Mereka menjatuhkan pelajar dari lantai paling atas. Mereka memukul, melukai dan membunuh mereka dengan pisau serta pentungan. Sekolah tersebut menjadi tempat pertumpahan darah.
          Ayatullah Khomeini menyingkap kejahatan rejim Shah dalam sebuah pidato penting. Ia berkata:
Aku kini benar-benar siap untuk menghadapi bayonet tentaramu, tetapi aku tidak bersedia untuk menerima amarahmu, atau untuk membungkuk di hadapan kekejamanmu dengan kehinaan…

15 Khordad 1342
(5 Juni 1963)
Waktu: Jam dua subuh
Tempat: Lingkungan Yakhchal Ghazi di Qom, rumah Ayatullah Khomeini
          Jumlah yang tidak terhitung dari pesukan pengawal Kerajaan berbondong-bondong masuk ke jalan ini. Langit cerah. Bulan sedang bersinar. Dengan tanda dari komandan operasi, mereka semua menyerang tempat kediaman Ayatullah Khomeini. Mereka menaiki dinding dan masuk ke rumah. Mereka menangkap Ayatullah Khomeini dan menyerahkannya ke Kantor Perwira di Teheran.
          Istri Ayatullah Khomeini menceritakan, “Bunnyi huru-hara besar terdengar dari luar, malam itu. Tiba-tiba, seseorang menendang pintu. Kita semua masih tertidur di kamar. Agha bangun dan berkata, “jangan menendang pintu, aku datang.”
          Ia mengenakan jubahnya. Tetapi mereka mendobrak pintu dan memasuki rumah serta membawa Agha. Mereka kemudian menahannya di sebuah rumah pribadi selama beberapa hari, dan keudian memindahkannya ke penjara Ghasr (sebuah penjara di Teheran yang kadang-kadang diperuntukkan bagi tahanan politik). ia menghabiskan sepuluh atau dua belas hari di sana, yang selama waktu itu, mereka tidak mengijinkan kami untuk mengirimkannya makanan. Kemudian mereka menahan Agha di Eshratabad dan ditahan di sana selama dua bulan. Ia tidak diberi hak untuk dijenguk.”
          Salah seorang putrid Ayatullah Khomeini menceritakan kejadian malam itu:
          “Malam itu, Agha tengah tidur di ruang kerja ketika pasukan datang. Mereka memecahkan pintu dan masuk ke rumah. Kemudian Agha sendiri menceritakan peristiwa ini kepada saya: Ketika mereka memecahkan pintu, aku mengingat bahwa mereka telah mengikutiku. Segera aku meminta kedapa istriku untuk tidak mengatakan apapun kepada mereka dan untuk pergi ke dalam kamar. Aku melihat mereka menggeledah rumah, dan aku berpikir bahwa mereka dengan sewenang-wenang mengambil Mostafa sebagai gantiku (malam itu Ayatullah Khomeini sedang tinggal di tempat kediaman putranya, Agha Mostafa). Itulah mengapa aku berkata, aku adalah Khomeini. Aku siap dan mereka menahanku. Karena lorong sempit, mereka menaruhku di sebuah mobil kecil dan membawaku kepada pimpinan operasi. Sebuah mobil lebih besar diparkir di sana. Mereka memindahkanku ke mobil itu dan membawaku pergi. Ada seorang lelaki duduk disebelah kananku, yang ketika aku masuk, kepalanya bersandar kepada lengan tanganku, dan menangis terus menerus di mobil itu. Orang lain yang duduk di seberangku segera mencium bahuku…”
         Pagi berikutnya, orang-orang Qum mendengar berita tentang penangkapan Ayatullah Khomeini. Mereka turun ke jalan dan melakukan demonstrasi. Semboyan “Khomeini atau Mati” berkumandang di seluruh kota.
Tentara mulai berkumpul untuk membunuh masyarakat Qum, dan mereka membantai sepuluh orang dari masyarakat. Berita pembantaian sampai ke Teheran. Teheran mulai melakukan mogok. Pasar-pasar tutup. Orang-orang pergi ke jalan dan berteriak, “Hidup Khomeini, hancurkan Shah.” Tentara membuat suatu pemandangan berdarah terhadap para demonstran di lapangan Toop-Khaneh dan Arg.
          Ketika masyarakat di Varamin mendengar berita Ayatullah Khomeini ditangkap serta terjadi pembantaian di Qum dan Teheran, mereka berpakaian kain kafan dan memimpin demonstrasi kearah Teheran, dengan sorak-sorai “Khomeini atau Mati”. Namun, di tengah jalan, pasukan Shah menghadang mereka. Tentara menghalangi jalan dan melepaskan tembakan kearah mereka. Tentara menembaki mereka semua dengan tidak berperasaan, karena sebuah perintah kepada mereka. Kemudian, setelah Ayatullah Khomeini mendengar apa yang telah terjadi pada tanggal 15 Khordad (6 Juni), dalam sebuah pidato, ia berkata:
“… Sepanjang manusia hidup, tanggal 15 Khordad (6 Juni) akan menjadi hari duka cita… Bangsa Islam tidak akan melupakan tragedi besar ini.
Setelah peristiwa ini, hukum darurat perang di umumkan tetapi masyarakat tidak menyerah. Pada tanggal 16 Khordad (7 Juni) serta hari berikutnya, mereka datang berunjuk rasa lagi di jalan dan membawa semboyan “Khomeini atau Mati.”
          Semua toko tutup untuk beberapa hari. Terlihat seolah-olah hari libur nasional. Tidak ada satupun yang buka. Hanya tukang roti yang buka untuk membakar kue roti lalu dibagikan kepada orang-orang. Setelah satu minggu lewat, Haji Agha Mostafa dan para pemmimpin agama meminta para pengelola toko untuk membuka toko mereka, dengan membagikan selebaran. Segera setelahnya, reji Pahlavi tidak mempunyai pilihan lain, selain membebaskan Ayatullah Khomeini dari penjara, untuk menghentikan pergerakan demonstrasi warga negara. Ia kemudian berkata, “… Para pendukungku masih dalam buaian mereka…”

Akta Kapitulasi
          Setelah dilepaskan dari penjara dan kembali ke Qum, Ayatullah Khomeini melanjutkan aktivitasnya. Pada waktu yang sama, pemerintah membuat suatu gerakan baru secara diam-diam, pemerintah menyerahkan suatu akta bagi kekebalan orang-orang Amerika kepada parlemen dengan nama “Akta Kapitulasi” (Akta adalah suatu proposal yang disampaikan oleh pemerintah kepada parlemen untuk disetujui) dan kemudian disahkan.
          Apakah kapitulasi tersebut?
          Sesuai dengan perjanjian internasional, disepakati oleh semua negara di dunia, bahwa kekebalan politik hanya diberikan kepada para pejabat politik. perjanjian ini berisi tiga hal sebagai berikut:
1. Seorang pejabat politik mempunyai kekebalan yang sah dan tidak dapat ditangkap atau ditahan dalam situasi apapun.
2. Seperti halnya posisi misi politik, tempat kediaman pribadi seorang pejabat politik berada di bawah perlindungan dan kekebalan.
3. Kecuali hal-hal kecil, seorang pejabat politik di bebaskan dari pembayaran pajak perorangan, pendapatan, kewarganegaraan, negara atau pajak regional. 
          Tetapi pemerintah Amerika, yang mempunyai beribu-ribu diplomat sipil dan militer di Iran pada saat itu, memaksa pemerintah Iran untuk memberlakukan perlakuan khusus yang sama kepada semua staf militer atau personal sipil Departemen Pertahanan Amerika dan keluarga-keluarga mereka.
          Selain itu, Kapitulasi tersebut adalah akta yang memalukan karena member orang Amerika hak untuk melakukan apa pun yang mereka sukai, tanpa seorang pun mampu mempermasalahkannya.
          Sesuai dengan akta ini, jika seorang warga negara Amerika melakukan pembunuhan di Iran, pemerintah Iran tidak memiliki hak untuk menuntutnya sebab di mata pemerintah Amerika, Iran tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan tersebut. Oleh karena itu, kemerdekaan politik dan hukum negara Iran secara praktis telah dihancurkan.
          Saudara Ayatullah Khomeini berkata:
          “Ketika mendengar tentang isu ini, aku mengirim suatu surat kepadanya (Imam Khomeini). Ia menjawab, “Kirimkan aku isi dari surat akta tersebut, untuk melihat apa yang tengah terjadi. Aku tidak akan membiarkan hal ini berlangsung secara rahasia. Aku akan mulai bertindak dan menentang mereka.”
Aku menjawab, “Aku belum bisa mendapatkan isi akta tersebut tetapi aku telah diberitahu tentang temanya<. Di surat berikutnya, ia menyatakan, “Aku telah memperoleh informasi yang aku peelukan tentang akta tersebut, dan aku tidak akan membiarkannya menjadi sesuatu yang rahasia lagi.”
          Sementara itu, pemerintah percaya bahwa setelah penghancuran pergerakan 15 Khordad (6 Juni), dan penangkapan Ayatullah Khomeini beserta teman-teman baiknya, mereka telah menghancurkan dasar-dasar dari pergerakan masa depan. Oleh karena itu, mereka mengesahkan akta tersebut dan berniat secara resmi untuk mengumumkan berita tersebut kepada seluruh media pada tanggal 4 Aban 1343 (26 Oktober 1964), bertepatan dengan hari ulang tahun Shah. Tetapi, ketika mendengar berita tentang pengesahan akta tersebut, Ayatullah Khomeini mengumumkan bahwa ia akan berpidato tentang bahaya gerakan pemerintahan yang memalukan ini pada tanggal 4 Aban (16 Oktober).

0 komentar:

Posting Komentar