Senin, 21 November 2011

Akhir Yang Manis


(Ayatullah Khomeini)
Alih bahasa/Penyusun: Yamani

Dengan anggur O, kasihku
Penuhi pialaku ini
Biarkan jangan kehormatanku melambung
Biarkan jangan namaku berkilau

Tuangan penuh-kasih dalam piala itu
Yang membanjiriku
Yang membasuh jiwa
Dari tipu daya yang angkara

Anggur istimewa penuh suka cita
Merdekakan jiwa
Usirkan kegemilangan
Halaukan kebesaran

Annggur kenistaan
Yang orang hina mereguknya
Yang kepasrahan terbenam didalamnya
Yang kehinaan tenggelam didasarnya

Dalam naungan suci cawan anggur
Di kedai datang dan lihatlah
Kumenyelip dari setiap celah
Menyambuti dakku para peri

Kalau kini ku harus pergi
Ke kumpulan pemabuk sejawat
Dengan basuhan anggur, siapa peduli
Pikirkan dunia ini

Wahai Andika bawa yang lembut
Selamati aku dan sambutlah
Saat seb’rangi sungai di sana
Ke kebun apel lembah itu

Dalam cawan ku lewati
Belokan jalan-kehidupan ini
Kabari kepala biara itu
Betapa manis akhirku ini

Samudra Fana


(Ayatullah Khomeini)
Alih bahasa/Penyusun: Yamani

Betapa kudamba hari itu
Saat jalanmu jadi rumahku
‘Nuju gembira ini, ‘nuju sedih ini
Gairah hatiku berkelana

Kalau saja ditanganku ada
Sekedar buhul dari gembok-gembokmu
Yang bisa jadi kunci
Tuk segala titik galauku

Malam kemarin tanpamu
Hanyalah keruh hatiku
Dirumah itu pikiran tentangmu
Cahaya yang menembus hanya itu

Semua sobat di kumpulan itu
Mabuk, tak sadar-diri itu waktu
Dan sang bijak sepertiku
Bernasib-sial di kerumunan itu

Ia yang membongkar penjara-penjara
Adalah penindas tak tahu apa
Tentang diri, tentang semesta
Putih-bersih buku catatannya

Bagi para pencinta semua ilmu
Tak lain hijab saja
Ia yang menembus hijab belaka
Di atas kebenaran akan Berjaya

Lihat para pencinta kar’na cintanya
Berenang-renang di samudra fana
Dan yang tinggal di gelap pantai
Memandang kosong terpedaya

T’lah kutemu dunia ruhani
Kala kucinta yang manis itu
Yang kubaca dan kudengar dulu
Hanya palsu tipu melulu

Namun Allah Swt membuatku melakukan itu…

(cerita favorit 17)


            Dia adalah murid Imam Ja’far Shadiq.

            Suatu hari, dia menyampaikan kepada teman-temannya tentang berbagai hal yang tidak dia percaya, padahal Imam Ja’far telah mengajarkannya.

            Hal itu adalah:

            Setan akan masuk ke dalam neraka. Bagaimana hal ini bisa terjadi sementara setan terbuat dari api. Jadi, bagaimana mungkin api membakar api?

            Allah Swt tidak dapat dilihat. Bagaimana mungkin kita tidak dapat melihat Allah Swt semenrata kita dapat melihat segala sesustu yang ada. Orang ini percaya bahwa kita dapat melihat Allah Swt pada hari Kiamat saat menyambut kedatangan orang-orang ke dalam surga.

            Setiap orang bertanggung jawab atas setiap perbuatan mereka sendiri. Padahal, kata orang ini, Allah-lah yang membuat manusia melakukan sesuatu.

            Ketika mendengar apa yang dikatakan orang tersebut, Bahlul (seorang sahabat Imam Ja’far yang berpura-pura gila) mengambil sebongkah tanah liat yang keras dan melemparkannya ke kening orang itu. Karenanya, Bahlul pun ditangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah.

            Baik orang itu maupun Bahlul hadir di persidangan. Orang itu ditanya tentang apa yang dia tuntut terhadap Bahlul.

            Dia menjawab, “Kepalaku luka akibat sebongkah tanah liat keras yang dilemparkannya.”

            Bahlul berkata, “Perlihatkan padaku rasa sakitnya!”

            Orang itu berkata, “bagaimana mungkin aku bisa memperlihatkan padamu rasa sakit yang tidak bisa dilihat dengan mata?”

            “Tetapi engkau sendiri yang mengatakan kepada teman-temanmu bahwa yang ada harus bisa dilihat dengan mata.”

            Bahlul meneruskan, “Dan sebongkah tanah liat keras yang membuatmu luka juga tidak benar karena, menurut kepercayaanmu, bagaimana mungkin sesuatu yang terbuat dari tanah bisa menyebabkan rasa sakit kepada manusia yang juga terbuat dari tanah.”

            “Engkau juga mengatakan kepada teman-temanmu bahwa Allah-lah yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Jadi, mengapa engkau menuntutku?”

           Orang itu menarik kembali kasusnya dan berjalan keluar dari pengadilan karena tidak dapat menjawab Bahlul. []