Selasa, 18 Oktober 2011

Ketika itu... (15)

(M. Ahmad)


Dibalik awan hitam merekah

Debaran gemuruh gemericik air

Membasahi seluruh permukaan sukma

Kering tandus sirna tak terkira

Raja yang dahaga



Disaat waktu berhenti berjalan

Berhembus hawa nan suci

Mengiringi lantunan lentera hati

Menjelma qolbu menghiasi jiwa



Tatkala reda suara hujan

Terdengar sayup-sayup gemuruh angin

Lembut halus melambai

Tergumam indahnya dunia

Tak setara keindahan raganya  



Gema suara syair-syair nan indah

Tersungging dibibir merahmu

Menenggelamkan raga sang pujangga

Hanyut dalam kegembiraan

Mengharapkan lambaian ilahi

Terpancar dari aura sukmamu

Orang Kaya, Orang Miskin

(cerita favorit 3)

         SUATU hari Nabi saw sedang duduk dikelilingi para sahabatnya ketika seorang miskin dating dan ikut serta di dalamnya. Dia mengenakan pakaian yang compang-camping. Sudah menjadi akhlak dalam sebuah majelis untuk mengisi tempat yang masih kosong dan tidakmencari-cari tempat yang khusus. 
          Orang miskin itu melihat satu tempat yang kosong lalu menempatinya. Kebetulan sekalli tempat yang kosong itu berdekatan dengan seorang yang kaya. Segera saja orang kaya itu melipat pakaiannya dan menjuraikannya ke depan tubuhnya sehingga membentuk jarak pemisah antara dia dan orang miskin tadi. Tampaknya orang kaya itu merasa risih.
          Nabi saw memperhatikan tingkah laku orang kaya itu. Lalu, beliau berkata kepadanya, “Apakah engkau takut kemiskinannya akan menular kepadamu?”
          Orang kaya menjawab, “Tidak! Wahai Rasulullah!”
          Nabi saw bertanya, “Apakah engkau takut secuil dari kekayaanmu akan berpindah kepadanya?”
          Orang kaya menjawab, “Tidak! Wahai Rasulullah!”
          Nabi saw bertanya lebih lanjut, “Apakah engkau takut pakaianmu akan kotor  jika tersentuh pakaiannya?”
          Orang kaya menjawab, “Tidak! Wahai Rasulullah!”
          “Lalu mengapakah engkau gerakkan tubuhmu menjauh darinya?” Tanya Nabi saw.
          Orang kaya menjawab, “Wahai Rasulullah! Saya mengaku bahwa saya telah membuat kesalahan yang bodoh. Saya ingin menebus kesalahan saya dengan memberikan setengah dari kekayaan saya kepada saudara muslim saya ini.”
          Ketika mendengar kata-kata orang kaya tersebut, orang miskin berkata, “Wahai Rasulullah! Saya tidak bersedia menerima tawarannya.”
          Para sahabat yang hadir tercengang dan berkata, “Mengapa?”
          Orang miskin itu menjawab, “Saya takut bahwa dengan kekayaan yang ditawarkan, saya juga bisa menjadi sombong dan suatu saat nanti bisa membuat salah seorang dari saudara-saudara muslim saya merasa remeh karena perilaku seperti yang dia (orang kaya) tunjukkan terhadap saya hari ini.”[]

Para Tamu adalah Orang Yang Istimewa

(cerita favorit 2)

SEORANG bapak dan putranya pada suatu hari menjadi tamu Imam Ali al-Murtadha. Imam membuat mereka merasa nyaman dan duduk berhadapan sambil berbincang-bincang dengan mereka. Waktunya makanan dihidangkan.
          Sesudah makanan dihidangkan dan selesai dimakan, pelayan Imam, Qambar, membawa baskom dan kendi air bagi para tamu untuk mencuci tangan mereka. Imam mengambil sendiri kendi yang berisi air dan meminta sang bapak menjulurkan tanngnnya agar Imam dapat menuangkan air.
          Tamu itu berkata, “Bagaimana bisa Imam saya melayani saya! Semestinya justru saya yang melakukannya.”
          Imam Ali al-Murtadha menjawab, “Ini saudaramu dalam Islam hendak melayani saudaranya dan memperoleh ridho Allah. Mengapakah engkau mencegahnya?”
          Tamu itu menjulurkan tangannya.
          Imam berkata kepadanya, “Cucilah tanganmu seluruhnya! Jangan terburu-buru berpikir bahwa aku mesti terbebas dari kewajiban ini!”
          Ketika giliran putra tamunya mencuci tangnnya, Imam berkata kepada putranya , Muhammad Hanafiyya, untuk memegang kendi dan mencuci tangan tamunya.
          Imam berkata kepada putra tamunya itu, “Aku mencuci tangan ayahmu. Putraku akan mencuci tanganmu. Jika saja ayahmu bukan tamuku hari ini, maka aku sendirilah yang akan mencuci tanganmu. Namun Allah senang melihat sang bapak menikmati hak keistimewaannya dan keutamaan tatkala ia bersama anaknya hadir pada satu tempat.”
          Nabi saw juga telah juga telah bersabda, “Tamu adalah pembimbing yang mengantarkan seseorang kepada jalan menuju pintu surga.”[]

Ulama atau Pemburu

(cerita favorit 1)

          SUATU hari, sepasang merpati sedang bertengger pada cabang pohon ketika melihat seorang alim dating dengan sebuah buku yang dikepit pada salah satu tangannya dan tongkat pada tangan yang lain.
         Seekor merpati berkata kepada yang lain, “Mari terbang jauh! Ada seorang pria yang dating. Dia bisa membunuh kita.”
          Pasangannya berkata, “Dia bukan pemburu. Dia seorang ulama dan tidak akan membahayakan kita.”
          Sang ulama melihat sepasang merpati itu dan dengan tongkatnya memukul merpati yang betina. Dia mengeluarkan pisaunya dan menyembelihnya sehingga daging merpati itu menjadi halal.
          Pasangannya dating mengeluh kepada Nabi Sulaiman as yang telah dikaruniai pengetahuan untuk memahami bahasa burung dan binatang.
          Ulama itupun dipanggil ke istana.
          “Kejahatan mana yang saya lakukan?” Dia berkata, “Daging merpati adalah halal, “ lanjutnya.
          Merpati yang jantan menjawab, “Saya tahu bahwa itu halal bagimu tetapi jika datang untuk berburu, engkau semestinya mengenakan pakaian seorang pemburu. Engkau curang dan dating sebagai seorang ulama.”
          Sisi luar diri kita haruslah sesuai dengan sisi dalam diri kita.[] 

Ketika itu... (14)

(M. Ahmad)


Hari berganti hari

Bulan berganti bulan

Semoga amal kian terpuji

Diusia yang kini tlah bertambah lagi



Tak terasa satu tahun berlalu

Segala perbuatan banyak dilakukan

Benar dan salah mohon dimaafkan

Menyambut lembaran baru



Di usia yang bertambah dewasa

Amal budi harus tertata

Smoga kian bahagia

Atas doa-doa dari sang pujangga



Umur yang kini telah berkurang

Sikap harus selalu dijaga

Patuh kepada orang tua

Yang melahirkan kita semua



Dengan bertambah dewasa

Hati harus ditata dan di jaga

Jadilah hamba yang mulia

Dari ramat dan kasih saying-Nya