Rabu, 26 Oktober 2011

Hanya kepada Allah Swt

(cerita favorit 16)

            Selama berlangsungnya pertemuan Khandaq, umat Muslim telah menggali parit yang lebar di sekitar Madinah untuk perlindungan.
            Salah seorang prajurit musuh bernama Amr bin Abdiwaad sangat terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya. Dia melompati parit dan mendarat di antara pasukan Muslim. Setiap orang merasa gentar.
            Hanya Imam Ali yang muncul untuk melawannya. Tidak lama kemudian Imam Ali pun berhasil menjatuhkan Amr dan menduduki dadanya siap untuk membuhunnya.
            Tiba-tiba Amr meludahi wajah Imam. Semua orang yang berada disitu menduga bahwa Imam Ali akan segera membunuh Amr karena apa yang telah diperbuat. Namun, mereka melihat Imam Ali melepaskan Amr dan berjalan manjauh. Mereka merasa heran melihat Imam membiarkan musuh yang sangat berbahaya itu begitu saja.
            Amr kembali menyerang dan Imam pun kembali bertarung dengan gagah berani. Akhirnya, Imam Ali pun membunuhnya.
            Seusai pertempuran, orang-orang bertanya kepada Imam Ali mengapa dia membiarkan Amr begitu saja pada pertempuran pertama.
            Imam Ali menjawab, “Aku hendak membunuhnya hanya karena Allah Swt. Ketika meludahiku, dia membuatku marah. Kalau membunuhnya, maka aku tidak membunuhnya karena allah Swt semata tetapi juga untuk memuaskan marahku. Jadi, kubiarkan dia bebas. Ketika marahku terkendalikan, aku membunuhnya hanya karena Allah Swt…" []

Dunia Dalam Sebutir Telur

(cerita favorit 15)

            Hisyam bin Hakam adalah seorang sahabat Imam Ja’far Shadiq. Suatu hari, seorang ateis (orang yang tidak percaya kepada keberadaan Allah Swt) yang terkenal, yaitu Abdullah Deisani. Bertanya kepadanya, “Apakah engkau percaya adanya Pencipta?”
            Jawab Hisyam, “Ya.”
            “Apakah Dia berkuasa atas segala sesuatu?” Tanya Abdullah Deisani.
            “Dialah yang Mahakuasa,” kata Hisyam.
            “Dapatkah Dia meletakkan seluruh dunia ini kedalam sebutir telur tapi telurnya tidak menjadi lebih besar dan dunia pun tidak menjadi lebih kecil?” Tanya  Deisani.
            “Beri saya waktu untuk menjawabnya!” pinta Hisyam.
            “Kuberi waktu satu tahun untuk menjawabnya,” jawab Abdullah Deisani.
            Hisyam memutuskan untuk bertemu Imam Ja’far Shadiq.
            “Wahai putra Nabi! Abdullah Deisani telah bertanya kepadaku sebuah pertanyaan dan saya tidak dapat menjawabnya…”
            Imam bertanya, “Apa pertanyaannya?”
            Hisyam memberitahu pertanyaan tersebut.
            Imam bertanya, “Wahai Hisyam! Berapa banyak indera jasmani yang kau miliki?”
            “Lima,” jawab Hisyam.
            “Yang mana yang paling kecil dariindera-indera itu?” kembali Imam bertanya.
            “Mataku.”
            “Berapa ukuran dari lensa matamu?”
            “Itu seperti biji lentil atau lebih kecil daripada itu.”
            Imam meneruskan, “Lihat sekelilingmu dan diatasmu lalu katakan kepadaku apa yang engkau lihat?”
            “Saya melihat langit, bumi, rumah-rumah, hutan-hutan, bukit-bukit dan sungai-sungai!”
            “Dia yang mampu meletakkan segala benda yang sedang kau lihat di dalam sebuah biji lentil yang sangat kecil atau lebih kecil daripada itu, pastilah mampu menempatkan seluruh dunia ini kedalam sebutir telur sehingga dunia tidak menjadi lebih kecil dan telur pun tidak menjadi lebih besar,” Imam Ja’far menjelaskan. []

16 Nasihat Ayatullah Khomeini untuk Pembinaan Pribadi Muslim

1. Sedapat-dapatnya berpuasalah setiap hari Senin dan Kamis.

2. Shalatlah lima waktu tepat pada waktunya dan berusahalah shalat tahajud.

3. Kurangilah waktu tidur dan perbanyaklah membaca al-Qur’an.

4. Perhatikan dan tepatilah sungguh-sungguh janjimu.

5. Berinfaqlah kepada fakir dan miskin.

6. Hindarilah tempat-tempat maksiat.

7. Hindarilah tempat-tempat pesta pora dan janganlah mengadakannya.

8. Janganlah banyak bicara dan seringlah berdoa, khususnya pada hari Selasa.

9. Berpakaianlah secara sederhana.

10. berolahragalah (senam, lari jarak jauh, mendaki gunung, dan lain-lain).

11. banyak-banyaklah menelaah berbagai buku (agama, social, politik, sains, filsafat, sejarah, sastra, dan lain-lain).

12. Pelajarilah ilmu-ilmu teknik yang dibutuhkan negara Islam.

13. Pelajarilah ilmu tajwid dan bahasa Arab, serta perdalamlah.

14. lupakanlah pekerjaan-pekerjaan baikmu dan ingatlah dosa-dosamu yang lalu.

15. Pandanglah fakir miskin dari segi material, dan ulama dari segi spiritual.

16. Ikuti perkembangan umat Islam.

Zam zam

(cerita favorit 14)

            Nabi Ibrahim as telah berusia lanjut ketika Allah Swt mengaruniainya seorang putra yang dinamakan Ismail as. Dia juga seorang Nabi. Ibunda Nabi Ismail as adalah Sayidah Hajar.
            Sayidah Hajar adalah seorang perempuan yang sholehah. Nabi Ibrahim as membawa Hajar dan putranya Ismail as ke suatu tempat yang kini danamakan Mekkah.      Baru saja Nabi Ibrahim as bersiap-siap untuk berangkat, Sayidah Hajar memanggilnya dan berkata, “Wahai Ibrahim! Apakah ini perintah dari Tuhanku?”
            Nabi Ibrahim as berkata, “ya”.
            “Kalau begitu pergilah! Karena Dia akan menyertai kita.” Sayidah Hajar berkata.
            Tatkala mengetahui bahwa persediaan makanan dan air telah habis, Hajar pergi mencari air. Terdapat dua bukit yang dinamakan Shafa dan Marwa di Mekkah. Pertama kali ibunda Ismail mendaki ke bukit Shafa dan mencari-cari air di sekitar bukit.
            Sayidah Hajar melihat air dan berlari kesana hingga mencapai bukit Marwa. Kemudian berpaling dan melihat air itu lagi.
            Hajar berlari ke sebelah sana hingga mencapai bukit Shafa. Hajar hanya melihat fatamorgana. Namun beliau tidak mau menyerah!
            Hajar berlari kembali kesebelah sana dan seterusnya hingga mencapai tujuh kali.
            Hajar berlari ke belakang dan ke depan sambil melihat sepintas kea rah bayi Ismail as agar dapat menjaga bayinya tetap berada dalam jangkauan penglihatannya. Tiba-tiba Ibunda Ismail as melihat bayi laki-lakinya, Ismail as bersama dengan mata air yang mengalir dekat kaki bayi Ismail as.
            Mata air itu masih ada hingga sekarang dan dinamakan Zam-Zam yang berarti “Berhenti! Berhenti!” (sebagaimana yang diucapkan Hajar ketika cemas melihat air itu akan membuat bayinya basah kuyup). Zam-Zam juga berarti ‘air yang berlimpah’. Karena mata air Zam-Zam, banyak orang datang serta menetap di sana dan dengan segera Mekkah menjadi pusat kota dari Semenanjung Arabia. []