Senin, 14 November 2011

SEJARAH REVOLUSI ISLAM-IRAN (1)


Untuk Anak dan Generasi Muda
(Penerjemah: Marliana)

IMAM KHOMEINI
Dari Kelahiran hingga Pengasingan
       Sejarah Islam tentang Revolusi Iran untuk Anak-Anak dan Remaja merupakan kumpulan cerita dengan niat memperkenalkan salah satu fenomena politik dan sejarah yang paling utama dan berpengaruh pada abad kedua puluh, yaitu kejadian Revolusi Islam dan sebagai konsekuensinya, berdirinya Republik Islam Iran sebagai wilayah yang penting da strategis.
          Secara alamiah, tidak mungkin untuk memusatkan perhatian para pembaca kepada semua aspek dan berbagai sudut yang berbeda tentang revolusi bersejarah dan besar ini; dan dengan begitu mempunyai suatu tinjauan yang menyeluruh tentang kenapa dan bagaimana hal itu terjadi. Bagaimanapun, segala upaya telah dibuat untuk menyatakan dan menunjukkan kilasan-kilasan yang penting dan efektif dari peristiwa ini.
          Di sini akan diceritakan riwayat hidup Imam Khomeini sebagai pemimpin perjuangan dan pendiri revolusi; dan berlanjut tentang posisi Imam dalam melawan rejim Pahlavi, hingga pada waktu pengasingannya ke Irak.
          Kita berharap semoga ulasan ini bisa berguna sebagai penunjuk fakta tentang revolusi Republik Islam Iran kepada dunia, juga memberikan alasan-alasan untuk saling memahami antara negara-negara lain dan menyiapkan jalan bagi dialog antar peradaban.

Selamat Datang Imam Khomeini
          Seorang ayah yang tengah menanti, sedang menatap langit. Langit cerah dan biru serta dihiasi oleh kepak sayap burung-burung yang berterbangan. Tangannya mengangkat kearah langit sambil berdoa kepada Allah Swt.
          Mata sang ayah penuh dengan air mata. Tiba-tiba, tangis seorang bayi yang baru lahir memecah kesunyian, dan sang pengasuh anak, Khavar, segera keluar dari sebuah kamar dengan cahaya dimatanya. Dia berteriak, “Berita gembira, Tuan. Bayi Anda telah lahir. Ia anak laki-laki yang tampan.”      
          Sang ayah dengan suka cita mengucapkan syukur kepada allah Swt seraya berbisik, “Selamat datang Ruhullah”.
         
Pada tanggal 31 Shahrivar 1279 (22 September 1900 M), di sebuah lingkungan Khomain, yang biasa disebut Lab-E-Roodkhaneh, seorang bayi dilahirkan, yang kemudian dinamai Ruhullah. Ayahnya bernama Mustafa dan ibunya bernama Hajar.
          Pada masa itu, para tuantanah dan pangeran sangat berkuasa. Mereka mempunyai senjata dan pasukan di seluruh  penjuru negeri serta menakut-nakuti masyarakat di sekelilingnya. Ayah Ruhullah berdiri menentang para penjajah dan agresor tersebut serta menghentikan mereka agar tidak mengganggu masyarakat. Ia kemudian diburu dan dibunuh oleh dua orang dari mereka. Oleh karena itu, Ruhullah menjadi anak yatim ketika baru berusia empat bulan.

Masa Kanak-Kanak Imam Khomeini
          Ruhullah adalah anak termuda dalam keluarganya. Ia melalui masa kanak-kanaknya di Khomain, Iran. Ibunya dan saudara lelaki yang paling tua menjaga serta membimbingnya setelah sang ayah mati syahid. Mereka lalu mengirim Ruhullah ke sekolah agama milik Mulla Abulghasem untuk belajar. (Di masa lalu, belum ada sekolah formal seperti sekarang. Oleh karena itu, anak-anak dikirim ke sekolah agama untuk mendapatkan pendidikan. Mereka belajar al-Qur’an dan mempelajari buku-buku seperti Golestan, Boostan, dan Kelileh va Damaneh.
            Mulla Abulghasem adalah seorang lelaki tua yang sekolah agamanya berada tak jauh dari rumah Ruhullah. Saudara lelaki Ruhullah juga telah menerima pendidikan dari Mulla Abulghasem. Para siswa membaca separuh dari juz al-Qur’an setiap harinya. Ketika seseorang selesai membaca seluruh al-Qur’an, orang itu diharapkan akan member makan siang bagi semua siswa.

Makan Siang di Sekolah
       Terdengar suara ramai di sekolah milik Agha Mulla Abulghasem. Anak-anak sedang bercanda dan bermain. Tempat tersebut dipenuhi dengan kegembiraan. Anak-anak tengah mengelilingi Ruhullah. Ruhullah adalah siswa termuda di sekolah tersebut. Hari itu merupakan giliran Ruhullah mengajak semua orang untuk makan siang. Aroma makanannya telah tercium ke sekeliling tempat tersebut. Anak-anak dengan rasa ingin tahu mengintip ke dalam nampan. Mereka ingin melihat makanan apa yang  telah dibawa Ruhullah. Ketika Mulla Abulghasem tiba, semua anak menjadi tenang dan bergegas menempati tempat duduk mereka. Setelah adzan (panggilan untuk shalat) di kumandangkan, dan mereka telah melakukan shalat berjamaah dengan bimbingan Mulla Abulghasem, mereka membentangkan kain, melayani dengan gembira dan kemudian makan hidangan yang mulai dingin itu. Ruhullah telah menyelesaikan hafalan dan mempelajari seluruh al-Qur’an pada usia yang baru menginjak tujuh tahun.

Mengikuti sang Guru
       Ruhullah mempelajari pelajaran-pelajaran tingkat persiapan dan sebagian tingkat dasar dari ulama-ulama kota Khomain di Iran. Kemudian pada umur 19 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke kota Arak, Iran. Pada masa itu, arak adalah salah satu pusat untuk mempelajari ilmu agama dan Ayatullah Syekh Abdulkareem Haeri, salah seorang ulama yang diagungkan, mengajar di sana.
          Ruhullah tinggal di Arak selama satu tahun, kemudian Ayatullah Haeri pindah ke kota Qom atas permintaan para pemimpin spiritual di kota Qom, pada tahun Norooz 1300 (1921). Ia kemudian menetap di sana dan mendirikan “Pusat Ilmu Agama Qom”. Agha Ruhullah mengikuti gurunya itu ke Qom dan menetap disana.
          Masa itu bertepatan dengan perebutan kekuasaan Reza Khan di Teheran, Iran, dan berdirinya rejim Pahlavi.
          Agha Ruhullah banyak mempelajari pelajaran dasar agama dari guru besarnya, Ayatullah Haeri.
          Ketika Ayatullah Haeri wafat, Ayatullah Boroojerdi datang ke Qom dan Agha Ruhullah mengikuti pelajaran darinya. Mengenai hal ini, Ruhullah mengatakan, “Aku sangat beruntung mengikuti pelajaran ayatollah Boroojerdi”.

0 komentar:

Posting Komentar