Kamis, 20 Oktober 2011

Ketika itu... (19)

(M. Ahmad)


Kala sang surya bersinar dengan terangnya

Menyinari seluruh permukaan bumi

Hawa panas menusuk sampai kedalam hati

Terbakar hingga tak sadarkan diri



Sang surya mulai redup akan sinarnya

Muncul awan hitam di sekelilingnnya

Petir dan guntur berdendang silih berganti

Hujan turun bak peluru nyasar tak terkendali

Membasahi seluruh alam semesta

Yang berwujud kering dan tandus



Saat hujan gerimis merajalela

Hati fulan sedang berlinangan air mata 

Jatuh disetiap ruas-ruas pipinya

Seakan-akan hujan mengerti apa isi hatinya 



Wahai fulan yang bersedih hati

Luapan air matamu laksana permata

Yang teramat mahal harganya

Hapuslah air matamu, dan berdirilah !

Gapailah semua angan dalam hidupmu

Carilah yang terbaik tuk masa depanmu…

0 komentar:

Posting Komentar